:: Reggae Indonesia Vibration :: |
|||
Why, why do I love the music why does it made it dancin’ once it turns once it plays and my feet start to sway .. Sebait lirik lagu dari single Jamaica’s Away (Souljah), yang belakangan sedang sering diputar di radio-radio, sangat menggambarkan musik reggae. Jamaica sendiri memang enggak bisa kita lupakan saat kita berbicara tentang musik ini. Beberapa sumber mengatakan, musik ini gara- gara orang Jamaika mengadopsi variasi sinkopisasi rhythm gitar dari new orleans R&B yang mereka dengar dari radio di tahun 60-an. Lalu, sedikit up tempo, terciptalah musik ska yang menjadi cikal bakal reggae. Ada lagi sumber yang mengatakan bahwa ska berawal dari musik asli Jamaika yang bernama mento, yang berkembang sejak tahun 40-an. Akhirnya saat musim panas, orang terlalu malas untuk berdansa up tempo. Sedikit mengendurkan tempo musik, irama lebih mengayun dan terkesan bermalas-malasan, itu yang sekarang kita kenal dengan reggae. Beberapa nama "pahlawan" reggae bermunculan, dari Jimmi Cliff, Horace Andy, sampai akhirnya melahirkan seorang legenda bernama Bob Marley. Bob Marley Di Bali, lagu-lagu Bob Marley juga menguasai panggung-panggung musik reggae. Apache, sebuah bar yang identik dengan reggae di kawasan Legian, hampir tiap hari mengumandangkan lagu-lagu Bob Marley. "Senin khusus membawakan lagu-lagu Bob Marley. Selasa lagu lain, diselingi lagu-lagu Bob Marley. Lha, Bob Marley thok?" protes seorang pemerhati kesenian bermusik di Bali, Rudolph Dethu. "Reggae enggak cuma paman Bob (Bob Marley), tapi juga ada Peter Tosh, Black Uhuru, Jimmy Cliff, dan sebagainya. Dan Reggae itu secara tidak langsung menembus kawasan elektronika, yaitu Drum N’ Bass," tambah Dethu lagi. "Kami sempat mau bawain selain Bob Marley, tapi pasti ada yang minta lagu-lagu Bob Marley," komentar Joni Agung musisi Reggae yang mengisi acara setiap Senin di Apache. Reggae "vibration" Di Yogyakarta tidak ada bar yang identik dengan reggae. Tapi, lewat acara kampus yang ada hampir tiap minggu, band-band reggae unjuk gigi. Berbicara reggae di Yogyakarta tak bisa memalingkan muka dari sebuah grup ska yang masih konsisten hingga sekarang, Shaggy Dog. Sejak berdirinya di tahun 1995, band ini memang mematok ska reggae sebagai aliran hidup mereka. "Kowena," ujar Heru, sang vokalis Shaggy Dog, saat diminta menyebut nama band reggae Yogya favoritnya. Sayang, Kowena sepertinya tidak terlalu berminat hidup. Sempat muncul sekali di Citos, lalu menghilang lagi. "Tapi, sekarang banyak banget band reggae di Yogya dan variatif," tambah Heru. Reggae "got soul" Yang paling anyar adalah band asal Bekasi yang baru saja merilis album Breaking The Roots, Souljah. Reggae yang dimainkan Souljah lebih cenderung memasuki daerah elektronika. Banyak nuansa ragga lewat toasting (semacam ngerap dengan gaya Jamaika), dan beat dancehall untuk lagu-lagu berirama riang mereka. Bahkan, belakangan band-band papan atas mencoba memainkan reggae. Seperti Dewa yang mencoba berdansa lewat lagu Matahari, Bulan, Bintang. "“Setiap orang boleh saja main reggae. Yang penting ada soul-nya," ujar Gung Jon mengomentari soal ini. "Lagu itu bagus, tapi kurang bagus untuk dibilang reggae," kata Heru. Ia lebih memilih lagunya Nugie, Bisa Lebih Bahagia. Terlepas dari siapa dan bagaimana memainkannya, semua pentolan reggae itu setuju kalau fenomena itu cukup membantu mengenalkan reggae ke tingkat yang lebih luas. Reggae "jammin" Joni Agung di Bali tak pernah berhenti bermain reggae. Senin dia akan berada di Apache Bar. Selasa dan Jumat dia manggung di Soda Bar, Sanur. Lalu, Minggu dan Rabu pesta reggaenya di gelar di Putra Bar, Ubud. Heru "Shaggy Dog" tidak hanya aktif menyebarkan reggae lewat panggung. Tapi juga lewat siaran radio. Bersama sang manajer Dread Met, mereka punya program Simmerdown di Star FM Yogya. Geronimo FM, Yogya, juga punya acara Rabu Reggae yang usianya sudah cukup lama. Jika ingin menikmati reggae di Jakarta, kita juga bisa datang ke Parc, yang menawarkan DJ-DJ yang memainkan lagu-lagu dub & reggae setiap Selasa. Drum N’ Bass yang cenderung elektronika sekarang ini juga mulai sering jadi musik tema di tempat-tempat klubing yang biasanya di dominasi hip-hop dan R&B. Ternyata Indonesia memang cukup berpotensi untuk reggae. Ada dua band yang jaringannya sudah internasional. Tony Q dan New Rastafara terdaftar sebagai headliners di acara Legend Of Rasta Reggae Festival (www.legendsofrastareggaefestival.com). Dan Shaggy Dog yang rencananya pertengahan tahun ini berangkat ke Festival Mundial, Belanda, untuk yang kedua kalinya. Dan bukan tidak mungkin akan makin banyak band-band pop/rock lain yang menyelipkan reggae dalam musik mereka. Sumber : Kompas / Teguh Andrianto ( 15 April 2005 ) |
|||